Jumat, 30 September 2016

Silsilah KY.NGABEI LORING PASAR

Silsilah
KY.NGABEI LORING PASAR

Danang Sutawijaya (lahir: - wafat: Jenar, 1601) adalah pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-1601, bergelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa Tokoh ini dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram. Riwayat hidupnya banyak digali dari kisah-kisah tradisional, misalnya naskah-naskah babad karangan para pujangga zaman berikutnya.

Danang Sutawijaya atau Dananjaya adalah putra sulung pasangan Ky.Ageng Pamanahan dan Nyi.Sabinah .

Ky.Ageng Pamanahan sendiri  adalah keturunan Brawijaya raja terakhir Majapahit , Sedangkan Nyi.Sabinah adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga. Hal ini seolah-olah menunjukkan adanya upaya para pujangga untuk mengkultuskan raja-raja Kesultanan Mataram sebagai keturunan orang-orang istimewa.

NY.Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani , yang kemudian diangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa besar dalam mengatur strategi menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.

Sutawijaya di ambil sebagai anak nagkat oleh Hadiwijaya bupati pajang sebagai pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga ia pun terkenal dengan sebutan Raden Ngabei Loring Pasar .

Penulis: Mufti Ali Elang Wetaning Pasar
Kalianyar-Krangkeng-Indramayu

Versi Mankunegara

Silsilah Panembahan Senopati versi Mangkunegaran
Silsilah Keturunan Lengkap :
Kanjeng Panembahan Senopati / Raden Sutawijaya (Sultan Mataram ke 1, pendiri, 1587-1601) menikah dengan 3 istri melahirkan putra-putri 14 orang :

0001. Gusti Kanjeng Ratu Pambayun / Retna Pembayun
0002. Pangeran Ronggo Samudra (Adipati Pati)
0003. Pangeran Puger / Raden Mas Kentol Kejuro (Adipati Demak)
0004. Pangeran Teposono
0005. Pangeran Purbaya / Raden Mas Damar
0006. Pangeran Rio Manggala
0007. Pangeran Adipati Jayaraga / (Raden Mas Barthotot)

0008. Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati/Panembahan Seda ing
            Krapyak (Sultan Mataram ke 2, 1601-1613) menikah dengan Ratu
            Tulung Ayu dan Dyah Banowati / Ratu Mas Hadi (Cicit dari Raden
            Joko Tingkir & Ratu Mas Cempaka), menurunkan putra-putri 12
            orang :

                     001.   Sultan Agung / Raden Mas Djatmika (1593-1645),
                                 Sultan
                                 Mataram ke 3 (1613-1645) menikah dengan Permaisuri
                                  ke 1 Kanjeng Ratu Kulon / Ratu Mas Tinumpak (putri
                                  Panembahan Ratu Cirebon ke 4 setelah Sunan Gunung
                                 Jati), permaisuri ke 2 Kanjeng Ratu Batang / Ratu Ayu
                                 Wetan / Kanjeng Ratu Kulon mempunyai 9 orang putra
                                  putri :
                                                01.    Raden Mas Sahwawrat / Pangeran
                                                            Temenggong Pajang
                                                02.     Raden Mas Kasim / Pangeran Demang
                                                           Tanpa Nangkil
                                                 03.    Pangeran Ronggo Kajiwan
                                                 04.    Gusti Ratu Ayu Winongan
                                                 05.    Pangeran Ngabehi Loring Pasar
                                                 06.    Pangeran Ngabehi Loring Pasar
                                                 07.     Sunan Prabu Amangkurat Agung /
                                                            Amangkurat I / Raden Mas Sayidin 
                                                            (Sultan Mataram ke 4, 1646-1677) wafat
                                                             13 Juli 1677 di Banyumas
                                                 08.    Gusti Raden Ayu Wiromantri
                                                 09.    Pangeran Danupoyo
                       002.   Pangeran Mangkubumi
                       003.   Pangeran Bumidirja
                       004.   Pangeran Arya Martapura / Raden Mas Wuryah
                                   (1605-1688)
                       005.   Ratu Mas Sekar / Ratu Pandansari
                       006.   Kanjeng Ratu Mas Sekar
                       007.   Pangeran Bhuminata
                       008.   Pangeran Notopuro
                       009.   Pangeran Pamenang
                       010.  Pangeran Sularong / Raden Mas Chakra (wafat
                                   Desember 1669)
                        011.  Gusti Ratu Wirokusumo
                        012.   Pangeran Pringoloyo
                                         

0009. Gusti Raden Ayu Demang Tanpa Nangkil
0010. Gusti Raden Ayu Wiramantri
0011. Pangeran Adipati Pringgoloyo I (Bupati Madiun, 1595-1601)
0012. Ki Ageng Panembahan Djuminah/Pangeran Djuminah/Pangeran
            Blitar I (Bupati Madiun, 1601-1613)
0013. Pangeran Adipati Martoloyo / Raden Mas Kanitren (Bupati      
            Madiun
            1613-1645)
0014. Pangeran Tanpa Nangkil


PENJELASAN
Perhatikan kode 0 (nol) Untuk kode keturunan biar tidak bingung.
Ada yang 0 nya 1,2 dan 3

Rabu, 14 September 2016

SEJARAH SINGKAT DESA LUWUNGGESIK

SEJARAH SINGKAT DESA LUWUNGGESIK

Bismillahirrokhmaanirrokhiim….
Seperti halnya desa-desa lain, desa Luwunggesik juga mempunyai sejarah atau latar belakang sebelum desa ini ada. Menurut cerita,  Luwung berasal dari kata suwung yang artinya alas (hutan) sedangkan gesik berasal dari kata kisik yang artinya pinggir laut. Jadi, dapat disimpulkan Luwunggesik adalah desa atau daerah yang dulunya hutan yang berada di pinggir laut.

Awal mula seseorang, sebut saja namanya Ki Gede menemukan daerah ini dengan cara sama seperti  yang pernah dilakukan para penemu-penemu daerah terdahulu yaitu dengan cara babad alas. Namun, ketika diketahui hasil babad tersebut kecil, maka Ki Gede bermaksud meninggalkan daerah ini, dengan tujuan mencari daerah yang lebih luas. Daerah ini dianggap kecil oleh Ki Gede karena sebelumnya sudah ada yg menduduki di masing-masing sisinya, sebelah selatan dan utara sudah ada daerah Bungko dan daerah Krangkeng (Kali Anyar), di sisi barat sudah ada daerah Srengseng, sementara di sisi timur adalah laut.

Akhirnya Ki Gede benar-benar meninggalkan daerah ini, dan kemudian menemukan daerah yang diinginkannya, yang sekarang diketahui daerah tersebut bernama Gegesik yang berada di kabupaten Cirebon.

Bertahun-tahun kemudian setelah Ki Gede berkeluarga, barulah ia ingat kala dulu pernah mempunyai daerah yang berada di pinggir laut, yang berada di perbatasan antara Cirebon dan Indramayu. Akhirnya Ki Gede mengutus anak perempuannya untuk kembali mencari daerah yang pernah ditinggalkannya dulu.

Ketika Putri sampai, ternyata daerah ini sudah ada yang menduduki, yang tak lain adalah Ki Gede Bungko yang dulunya berbatasan di sebelah selatan desa. Adu argumen pun mulai pecah, ketika selisih pendapat tak menemui jalannya, datanglah Nyi Mas Krangkeng (Ki Gede Krangkeng) untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Nyi Mas sendiri tahu kalau memang sebenarnya ada seseorang yang menemukan daerah yang berada diantara Krangkeng dan Bungko ini, akhirnya Nyi Mas membantu Putri ke Gede untuk mengurus semuanya.

Singkat cerita, Ki Gede Bungko akhirnya mengakui bahwa daerah ini adalah daerah yang pernah ditemukan oleh ayah dari Putri tersebut, dan pembatasan wilayah pun dilakukan. Seperti yang diceritakan dari awal di sebelah selatan berbatasan dengan daerah Bungko yang di tandai dengan Kali Pamengkang dan Kedokan Beta, di sebelah utara berbatasan dengan daerah Krangkeng (Kali Anyar), di sisi barat berbatasan dengan daerah Srengseng, sementara di sisi timur adalah laut.

Dan akhirnya daerah ini diberi dengan nama desa Luwunggesik. Diantaranya mengartikan desa Luwunggesik yang berarti daerah hutan yang berada di pinggir laut, dan diantaranya pula mengatakan bahwa desa Luwunggesik mempunyai arti daerah hutan yang ditinggalkan pemiliknya ke daerah Gegesik.

Desa Luwunggesik sendiri belum diketahui oleh siapa dan sejak kapan ditemukan oleh seseorang sebelum kita, karena berbagai sumber mengatakan belum ada yang mengetahuinya.

Demikian sejarah singkat dari desa Luwunggesik, penulis mengambil cerita ini dari berbagai nara sumber, diantaranya adalah dari para sesepuh dan dari para tokoh masyarakat  desa Luwunggesik.

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam pengangkatan cerita ini terdapat kesalahan nama  atau tempat kejadian. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan. Kesempurnaan hanyalah milik Allah dan kesalahan hanyalah milik kita.

Kamis, 28 Januari 2016

PEDATI KUNO

Pedati atau gerobak yang di tarik hewan semacam kuda, lembu, atau kerbau.
Dalam posting kali ini saya akan menceritakan salah satu pedati yang merupakan bagian dari Sejarah Desa Junti, Desa Dadap dan Desa Sendang yang berada di Kec. Karangampel Kab. Indramayu. Oke saya ceritakan sedikit.

Di Desa  Krangkeng, Kecamatan Krangkeng, Indramayu terdapat bagian-bagian pedati kuno. Tersimpan pada suatu bangunan di belakang kantor desa. Berdasarkan legenda yanghidup di masyarakat, Pedati Kuno itu berkaitan dengan Dampu Awang. Singkat cerita seorang Raja Tiongkok bernama Titongki kehiangan Putrinya yang mengejar seorang pemuda yang dicintainya bernama Syarif Hidayat ke Cirebon. Raja Titongki lalu mengutus beberapa punggawa di bawah pimpinanDampu Awang membawa 2 gerobak perhiasan emas permata untuk bekal hidup sang putri ke Cirebon. Putri Raja Titongki sampai di jawa di pesisir Junti (daerah Junti Kab. Indramayu) dengan di tolong oleh Ki Ageng Junti Putri Raja Titongki pergi menemui Syarif Hidayat yang berada di Pakungwati (sala satu daerah di Cirebon). Dampu Awang sampai di pesisir yang sama dengan Putri Raja Titongki yaitu pesisir Junti,Dampu Awang bertanya kepada Ki Ageng Junti kemana arah menuju Cirebon, saat bertanya Dampu Awang melihat Putri Ki Ageng Junti dan menyukainya. Dampu Awang mencoba melamar Putri Ki Ageng Junti, tidak menyukai Dampu Awang yang gemuk dan tidak beragama Islam  Ki Ageng Junti membuat rencana penolakan halus dengan memberi syarat Dampu Awang harus bisa menembus pagar pekarangan rumah Ki Ageng Junti yang tersusun dari pohon bambu Ori selebar 1,5 m dalam waktu semalam. Begitu malam tiba, Dampu Awang mulai menabur recehan emas pada rumpun bambu yang memagari pekarangan Ki Ageng Junti itu. Penduduk berebut mendapatkan emas dengan cara menebas bambu ori tanpa tahu kenapa Dampu Awang berbuat seperti itu. Satu demi satu rumpun bambu itu jebol. Usaha Dampu Awang berhasil, akhirnyabenteng pekarangan Ki Gedeng Junti bisa ditembus. Di mata Ki Ageng Junti, perlakuan Dampu Awang tersebut curang, mereka kabur dari Dampu Awang ke Gunung Sembung. Sesampainya di gunung Sembung mereka menemui Syeh Bentong untuk mohon perlindungan dari kecurangan Dampu Awang. Ki Ageng Junti berjanji akan menyerahkan puterinya agar diperisteri Syeh Bentong dan Syeh Bentong menyembunyikan Nyi Ageng Junti dipucuk pohon Gebang (ujunggebang). Pengejaran Dampu Awang sampai di Gunung Sembung dan bertemu Syeh Bentong yang kemudian terjadi perang mulut hingga perang fisik yang akhirnya dimenangkan Syeh Bentong. Akhirnya Syeh Bentong memperisteri puteri Ki Ageng Junti dan menetap di desa Ujunggebang.Dampu Awang gagal mendapatkan Nyi Ageng Junti ia kembali ke pesisir Junti dan akan kembali ke Cirebon dengan membawa sisa emas permata yang tinggal 1,5 gerobak untuk diserahkan keputri Titongki di Cirebon namun diperjalanan Dampu Awang melihat wanita cantik rupawan yang bernama Nyi Ageng Benda.Dampu Awang meminta Nyi Ageng Benda menjadi isterinya tapi NyiAgeng Benda karena memiliki suami yang sedang melaut Nyi Ageng Benda mencoba menolaknyadengan halus, dengan memberi syarat minta dibuatkan keraton dalam waktu semalam. Dampu Awang menyanggupi membuat keraton tersebut. Ketika pembuatan keraton baru selesai bagian pintu gerbang, malam sudah berakhir. Dampu Awang kecewa dan memaksa Nyi Ageng Benda menerima lamarannya tetapi Nyi Ageng Benda tetap menolak dan lari ke utara bersembunyi dan mengharap semoga sang suami cepat kembali dan melindunginya. Dampu awang marah dan berusaha menemukan persembunyian Nyi Ageng Benda dengan menaburkan emas di sepanjang jalur pelarian Nyi Ageng Benda sampai ke pesisir laut yang penuh pohon Dadap namun Nyi Ageng Benda tidak ditemukan oleh siapapun Nyi Ageng Benda tetap dipersembunyiannya diantara pohon Dadap dengan setia menunggu suaminya pulang. Alam menghargai kesetiaan Nyi Ageng Benda dengan memperlebar pantai Dadap agar Nyi Ageng Benda bisa melihat kedatangan suaminya dari laut. Dampu Awang menyerah akhirnya kembali dan melanjutkan perjalanannya ke Cirebon.Pedati yang sudah kosong di tinggalkan di di desa Krangkeng dan sampai sekarang disimpan di kantor desanya begitu juga di blok Benda l desa Sendang, sebelah utara lapangan bola, masih ada bangunan pintu gerbang yang belum selesai dibangun Dampu Awang itu dan masih bisa dilihat sampai sekarang.Dari cerita tadi apabila kawan-kawan penasaran bisa datang ke Indramayu kedaerah Krangkeng, Karangampel, Junti. Terima kasih sudah berkunjung, apabilaingin tahu lebih panjang cerita lengkapnya atau versi lain kawan-kawanbisa melihat di Link sumber yang biasa saya sertakan dalam setiap postingan saya.
28/01/2016 Elang Tankzy

Rabu, 27 Januari 2016

Susunan Pemimpin dan Barang Peninggalan Desa Krangkeng

SUSUNAN KEPEMIMPINAN /KUWU-KUWUDESA KRANGKENG

01.NYI ENDANG KEKASIH         
       1580-1591
02.PANGERAN JAYA PATI
       1591-1608
03.PANGERAFN SURYA RASA
       1608-1651
04.NYI MAS AYU ANJASMARA
       1615-1630
05.PANGERAN TANJUNG
       1630-1649
06.NYIMAS AYU ANJASMANI
       1649-1666
07.PANGERAN SURAMADI
       1666-1687
08.PANGERAN GEBANG
       1687-1700
09.PANGERAN BAUDAG
       1700-1732
10.EMBAH SYARKOWI
       1732-1770
11.KUWU RESITEM
       1770-1796
12.KY.JAKA
       1796-1829
13. KY.NGABEI LISAN PURO
       1829-1871
14.KUWU HAJI MURTADO
       1871-1885
15.KUWU SATI
       1885-1900
16.KUWU HAJI ANTARI
       1900-1916
17.KUWU RABINGO
       1916-1926
18.KUWU SALAB
       1926-1928
19.KUWU RADEYA
       1928-1953
20.KUWU DARSINI
       1953-1960
21.KUWU MASRIYAH
       1960-1967
22.KUWU SYAFEI
       1967-1968
23.KUWU MARSO
       1968-1974
24.KUWU KASNO
       1974-1984
25.KUWU TARMUKI
       1984-1990
26.KUWU HAJI BADRUDIN   
       1990-1998
27.KUWU JUBAEDI
28.KUWU MADERI
        2013 -2018 

29.MOH.MANSUR  2018-2023

CATATAN KUWU PEMEKARAN (KALI ANYAR)

01.KUWU BURHANUDIN
02.KUWU RANADI HS
03.KUWU SYAHRONI AGUS 2016-2026


PEMBANGUNAN DAN PEMERINTAHAN.
Setelah melaporkan proses pembukaan hutan pesisir Ujung Tua dan keadaannya, Nyi Gender Malaya pulang ke daerah Krangkeng bersama kedua pengasuhnya dengan menyandang gelar Nyi Gede Krangkeng, sebuah gelar pemerintahan yang terhormat.Setelah menerima tugas dan amanat dari kesultanan Cirebon, Nyi Gede Krangkeng mulali menyusun strategi dan program-program pembanguan. Karena Nyi Gede Krangkeng masih lajang, maka Nyi Gede Krangkeng musyawaraah dengan kedua pengasuhnya. Musyawarah itu menghasilkan keputusan yang stategis dan monumental, yaitu menentukan pusat pemerintahan dan pembangunan pada kebijakan yang pertama tentang penentuan pusat pemerintahan yang startegis, Nyi Gede Krangkeng mempertimbangkan beberapa aspek suatu tempatpemerintahan yang baik, yang berada di pusat pemukiman. Hal ini dapat kita buktikan dengan diyakininnya kantor kuwu sebagai rumah sebagai kediaman dan pusat pemerintahan. Di tengah-tengah desa Krangkeng terdapat pohon asam yang garis tengahnya kira-kira 10 M dibawah pohon itulah Nyi Gede Krangkeng membuat gubug gatap yang terdiri dari daun-daunan dan rumput alang-alang (yang sekarang memjadi kantor balai desa Krangkeng).

Pusaka

1.hiayasan dinding berupa ukiran dari kulit sebanyak 9 buah
2.Kempluk tempat nener sebanyak 4 buah berbagai ukiran.
3.Cotom bambu 3 buah
4.Eter tempurung 4 buah
5.Kati 5 buah
6.Bangerang 4 buahg.
7.Tambang lulub pohon waru 5,5 cm untuk narik jukung 1 buahh.
8. Alat-alat dapur terdiri dari:
    Kodek liwet kulit dari kayu jati 1 buah,Centong 1 buah,Gagang gobag 1 buah/tangka,Penabuh bende 1 buah/penabuh kayu yang dikepalannya diberi lapisan karet,Gagang hujungan panjalin 1 buah,Kekab kecil 1 buah,Irus 1 buah

9. Senjata terdiri dari:
Gagang keris 2 buah, Panah dari besi 2 buah, Klenengan pedati 2 buah, Tumbak kayu 3 buah/tunggak kayu, Panah kayu 1 buah
10. Alat-alat kelengkapan rumah
Hiasan tunas kelapa, Kelambu dan spray, Iket kepala, Kain tapih, Kandek kecil 3 buah, Mukena, Gagang pisau, Gledeg jati ukuran 3X2 m/ tempat padi

25/01/2016 Elang Tankzy

Telaga Krangkeng (Telaga Sari)

Telaga Krangkeng (telaga sari)

Telaga ini berada di desa Kalianyar mengenai sejarah dan asal usul telaga ini baru didapatkan data akurat. Namun ada kisah tentang telaga ini yang dikisahkan oleh seorang tokoh masyarakat Kalianyar beliau menuturkan kisah perang jaya sena dengan arimba karena kesakitannya perang ini meninggalkan bekas yaitu telaga Sari di Krangkeng dan telaga Remis di kaki gunung Ciremai.(Kisah lain menurut Pak Suta) adalah telaga ini tempat disayembara menyelam antara Nyi Gede Krangkengdan Ki Gede Gungko yang terkenal itu. Lalu katanya telaga ini airnya pernah diambil oleh Ki Luber untuk keperluan hajatan orang Cirebon kisah ini. Selanjutnya mengisahkan Ki Sura Madi diberi Ki Luber.(Masih kata bapak Sura) Telaga ini pernah diambil ikannya untuk keperluan Cirebon. Namun di tengah perjalanan rombongan yang mau ngambil ikan ditelaga sari ini di hadang oleh seekor deleg. Seranggi yang menjelma jadi satria bernama Raden Malanggana dan terjadi pertempuran, pada pertempuran ini Raden Malanggana dapat mengalahkan rombongan dari Cirebonkemudian setelah rombongan Cirebon tidak berhasil maka diperintahnya orang Krangkeng bernama Ki Lokawi untuk mengambil ikan telaga ini dikeringan airnya namun sebelum selesai waktu sudah menjelang magrib maka pekerjaandihentikan di tengah malam istri deleg Serenggi menangis menumpakan keprihatinan kepada suaminya, selanjutnya suaminya memanjatkan do’a meminta hujan dan terjadinya hujan lebat sehingga telaga kembali berair. Namun, ki Lokawi berhasil menyimak do’a yang disampaikan dedeg Seranggi kemudian disampaikan ke Cirebon sampai sekarang jika terjadi kemarau panjang masyarakat kerangkeng memanjatkan do’a minta hujan di makam Ki Lokawi.

25/01/2016 Elang Tankzy

Singgahnya Tokoh-tokoh Sakti dan Pasukan Dari China di Krangkeng

Masyarakat desa Kerangkeng yang sejak berdirinya dipimpin oleh seorang penganut agama islam yang saat dihuni oleh beberapa tokoh islam kharismatik maka kehidupan dan sistim kemasyarakatan mengalami pergeseran-pergeseran itu sesuai dengan perkembangan kemajuan islam pergeseran itu ke arah yang sesuai dengan keyakinan masyarakat yang ada.Serah terima putri OontienSeusai melaksanakan serah terima putri oontien kepada kesultanan cirebon, lalu ke tiga panglima dari Mongoliaitu masing-masing ingin melampiaskan perjalanannya. Panglima Guancang memutuskan untuk tidak pulang kenegarannya dan menetap berdomisili di Cirebon beserta anak buahnya untuk memeluk agama islam.Panglima Lieguanhin beserta pasukannya ingin kembali ke Mongolia, namun tiba-tiba diperintahkan untuk mendarat dipesisir muara (celancang) yang kelak dapat mewujudkan desa Kerangkeng.Panglima Tiampokwang adalah seorang panglima yang terbilang luar biasa kemampuannya di bidang I Politik, ekonomi, sosial, budaya, Ham, Kam, dan ilmu kekebalan telah dimilikinya dengan sempurna. Kesehariannya banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dikerjakannya seperti berlatih ilmu kanurafgan, ilmu beladiri, ilmu kekebalan, dan lain-lain namun yang paling mencengangkan dia membuat kereta kayu tanpa paku. Lama-lama daerah Roban 1 telah tersohor sebagai pembuat kereta kayu.Banyak sekali ragam kereta yang dibuat dari oleh panglima Tiampokwang ada yang roda empat, dua dan ditarik oleh dengan dua ekor kerbau, ada yang berukir ada pula tanpa ukiran. Pada hari minggu 1486 m Ki Badur seorang murid Tiampokwang yang paling tinggi dalam perguruan Dampuawang ini, pada hari itu ki badur minta main kepada gurunya untuk meminjam kereta kayunya yang paling antik guru mengunjungi kekasihnya di desa Kapetakan yaitu Nyi Balimbing, seorang wanita yang sangatcantik banyak jejaka yang tergila-gila kepada nyi Balimbing karena kecantikannya. Setelah seizin gurunya ki Badur beerangkat dengan memakai kerbau sepasang yakni Maesa gatra dan Maesa gatri. Keberangkatan Ki badur dari sawah, rawah, telaga dan sungai tak menjadi kendala dan rintanganbagi dirinya, karena diatasnyalah kereta Ki Badur berjalan. Belum tiba di rumah kekasihnya Ki Badur melihat perahu melaju diatasnya dan Ki Badur tak berpikir panjang lebar mengutuk perahu dengan kutukan yang amat sangat, sehingga dengan ilmu hitamnya lalu perahu yang dikendarai oleh Mbah Kuwu Cirebon jatuh terjerembab diatas pertahanan desa kerangkeng.Kemudian Mbah Kuwu bertanya daclam hati, siapa gerangan yang iseng kepada diriku? semoga tuhan membalas kejahatan ini, lalu mendadak sontak sebuah kereta kayu yang se dang berjalan diatas sungai kapetakan iti, Ki badur merasa kaget dan marah dan mengandalkan ilmu pamungkasnya tetap tidak bisa mengangkat kereta itu. Sementara itu rakyat kapetakan, besar, kecil, tua, dan muda semua ngeriyung tanpa payung,berkunjung tanpa ujung, membanjiri tanpa akhiruntuk menyaksikan kejadian itu yang dianggapnya sebagaitontonan yang sangat mengasyikan.Kemudian salah satu rakyat itu ada yang mengumumkan, wahai rakyatku!! Bagaimana kalau kerbau ini kita potongrame-rame saja, mumpung pemiliknya pulang, dengan suara lantang setuju, lalu Ki Gondang Kala mendapat jawaban mendapat jawaban banyakdari suara setuju. Laludengan cepat rakyat menyerbu kearah kerbau-kerbau dan langsung memotong dengan rame-rame.Hampir seluruh rakyat kapetakan merasakan nikmatnya daging kerbau Maesa gatra dan Gatri. Ketika Ki Badurdan teman-temanya sampai kelokasi, ki Badur sangat terfkejut melihat kerbau-kerbaunya telah tiada. Lalu ki Badur dengan lantang menanyakan kepada mereka, siapa yang mengambil kerbau-kerbaunya? Dan tidak ragu lagi mereka menjawab dengan serentak ..... kami tidak tahu..dasar kerbau-kerbau yang di makan oleh rakyat Kapetakan itu Digjaya, Adigung, adiguna, maka bersamaan dengan kat-kata tidak tahu dari dalam perut mereka kerbau-kerbau itu bersuara E..E..L!! jadi kata-kata yang lengkapnya diucapkan dari mulut rakyat kapetakan itu yakni, “ tidak tahu eee (ora weru eee).Kemudian Ki bdar mendapatkan seijin gurunya mennyampaikan selembaran/ sayembara di babtang-batang yang lainya, barang siapa yang dapat mengangkat kereta antik ini, maka kereta ini akan diserahkan sebagai pemiliknya. Tidak sedikit orang yang mencoba mengangkat kereta itu namun tak seorang pun mampu mengangkat kereta antik itu.

25/01/2016 Elang Tankzy

Habib Keling

Makam Habib Keling

Makam ini terletak dipesisir yang dulunya bernama pesisir ujung tua. Tempatnya sangat menarik, sepi dan indah, oleh karena itu tempat ini sangat cocok untuk tempat bertawadhu zikir menyepi diri mengingat dan berserah diri kepalda khaliq Allah SWT. Sejalan dengan perkembangan transportagsidan informasi makam ini sekarang mulai ramai dikunjungi penziarah, dari berbagai daerah.Mengetahui siapa tokoh Khatib Keling itu bernama Syekh Umaryang datang ke tanah air (Jawa) bersama dengan Sykeh Kuro Kerawang, karena mereka tidak nyaman Syekh Kuro meninggalkan Kerawang dan melanjutkan perjalananSyiar Islam ke Pakistan.Selanjutnya dalam kisah itu Syekh Umar melanjutkan ke Cirebon sambil membawa barang-barang permata (berbentuk bulat dan bolong) dan kapalnya karam dan meninggal di pantai pesisir utara.Persi lain dari Kyiai tersebut, menurut beliau Khabib Keling berasal dari Keling (Samudra Pasai) Aceh sekarang. Beliau bernama Syekh Umarbin Abdullah anak dari seorang Khabibyaitu Khabib Abdullah yang bermukim di Mangga Dua Jakarta. Beliau menyebarkan agama Islam Ke Cirebon dan terdapar di Ujung Tua/bobos Beliau sempat mengajarkan Ilmu agama di Krangkeng dan meninggal serta dimakamkan di pesisir.
Terlepas pendapat mana yangbenar namun yang jelas Khabib Kelingadalah seorang pejuang Islam yang ulet, pemberani dan hidup sederhana.

26/01/2016 Elang Tankzy